Nasib Dirman di Tengah Wabah Corona

Nasib Dirman di Tengah Wabah Corona - Hallo sahabat Serbaneka , Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Nasib Dirman di Tengah Wabah Corona , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Nasib Dirman di Tengah Wabah Corona
link : Nasib Dirman di Tengah Wabah Corona

Baca juga


Nasib Dirman di Tengah Wabah Corona




Dirman, tukang ojek online terpaku merenung di pinggir jalur Sudirman. Telah seharian tidak terdapat satu juga order yang masuk. Dirman menoleh ke kanan kiri, perkantoran diliburkan, berarti benda serta pesan yang biasa diantar melalui ojek online pula menurun ekstrem.

Sebagian restoran di bunda kota, tempat ojek online menggantungkan pemasukan dari pesan antar santapan pula banyak yang tidak buka. Berita PSBB yang silih berubah dari kawan- kawan Dirman kian membuat resah. Istri serta kanak- kanak Dirman pula dilanda kekhawatiran, pemasukan setiap hari turun, darimana kebutuhan pokok dapat dibeli. Dirman bukan orang ber- KTP Jakarta, dia pendatang serta namanya tidak masuk dalam jenis keluarga miskin.

Cerita pilu Dirman bukan cuma terjalin pada satu pengemudi ojek online. Serba repot pembatasan PSBB ataupun Pembatasan Sosial Berskala Besar di DKI Jakarta dengan lugas melarang driver online menarik penumpang. Tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 9 Tahun 2020 Poin D tentang Penerapan PSBB. Saat sebelum terdapat PSBB sahabat Dirman terpaksa jadi pengungsian ke kampung tiap- tiap. Sebutan pemudik cuma digunakan buat menghibur hati, kenyataannya sahabat Dirman merupakan pengungsi yang luntang- lantung di jantung bunda kota.

Pemerintah jelas sangat terlambat buat mengucurkan dorongan, PSBB telah diteken dahulu serta menemukan restu dari Departemen Kesehatan. Sedangkan persiapan buat jaring pengaman masih menemui permasalahan, ialah soal informasi. Jika juga pemerintah sudah menerbitkan Perpu, serta Perpres dengan perinci anggaran buat alokasi dorongan, kayaknya banyak kelas kelompok rentan miskin semacam Dirman yang belum dimasukkan.

Dalam paket stimulus Rp 405 triliun, secara khusus proteksi sosial menemukan jatah Rp 110 triliun meliputi PKH, sembako, kartu pra kerja, serta pembebasan tarif listrik. Dirman setelah itu berupaya membaca data soal dorongan sosial yang nominalnya tidak memuat bila dihitung melalui kalkulator HP Dirman. Rumah Dirman bersama keluarganya merupakan kamar kontrakan yang silih berhimpitan di gang kecil Kemayoran. Meteran listrik tempat kontrakan Dirman merupakan 1. 300 VA, jadi tidak masuk dalam jenis subsidi 450 VA serta 900 VA. Normal, sebab Dirman wajib berbagi listrik dengan kamar kontrakan sebelahnya. Lagi- lagi Dirman mengingat tentang meteran listrik, dia juga tidak masuk jenis. Harapannya mulai pupus. Bingung antara mengungsi ke kampungnya di Jawa Tengah ataupun bertahan di Jakarta.

Dorongan kedua lebih jauh dari harapan Dirman, kartu Pra Kerja sempat didengarnya kala Kampanye Pilpres 2019. Calon Presiden yang saat ini menang serta berprofesi di periode kedua mau kartu pra kerja jadi stimulus di kala pandemi Corona. Ilham kartu pra kerja pasti menarik orang semacam Dirman, terdapat pelatihan plus duit ubah bayaran pelatihan.

Sejauh jalur Sudirman, dia melamun. Tetapi kala siuman, dia memandang kembali data kartu pra kerja. Pelatihan dalam wujud online. Sayangnya Dirman cuma lulusan SMP, modal STNK motor pinjaman kakaknya di kampung serta SIM dia beranikan diri bertaruh hidup di Jakarta. Maksudnya, orang semacam Dirman bimbang kala mengoperasikan HP.

Studi Bank Dunia yang bertajuk Digital Divide and Dividends yang dipaparkan oleh Deepak Mishra lumayan pas menggambarkan suasana Dirman yang gagap teknologi. Walaupun jumlah pengguna internet bertambah 3 kali lipat dalam 10 tahun terakhir, tetapi 60 persen kelompok terbawah masih offline. Sebab dituntut kondisi Dirman kesimpulannya pelan- pelan menekuni aplikasi online serta mendaftar disalah satu industri ojek online. Saat ini dia dihadapkan pada kasus pelatihan secara online, tipe mahluk terlebih ini pikir Dirman.

Kartu pra kerja nampaknya memanglah tidak sesuai dalam keadaan musibah. Kelompok rentan miskin, orang dagang asongan, UMKM tidak perlu pelatihan. Mereka memerlukan cash transfer ataupun dorongan tunai. Langsung saja duit di transfer, toh untuk driver ojek online seluruh nama serta alamat dan titik posisi telah disetor ke pihak aplikator. Pemerintah tinggal kerjasama dengan aplikator buat mengirimkan duit langsung ke rekening tiap- tiap, apa repotnya. Kartu pra kerja pula tidak menjamin mereka yang lulus, setelah itu langsung diterima kerja. Apakah di tengah keadaan krisis ekonomi terdapat industri yang berbaik hati ingin menampung jutaan partisipan kartu pra kerja?

Dirman mengelus dada, sesekali dia menyeka keringatnya sebab hawa Jakarta senantiasa panas walaupun bus- bus tidak seramai umumnya. Soal Program Kartu Harapan( PKH) lain lagi, istri Dirman telah aktif bertanya ke RT apakah dia dapat memperoleh PKH. Nyatanya PKH cuma buat kelompok tertentu, istrinya bukan difabel, bukan terletak di garis kemiskinan. Sementara itu cuma menghitung hari istri Dirman hendak terletak di dasar garis kemiskinan, tetapi apa lacur informasi soal turunnya pemasukan yang kilat ditengah Corona tidak langsung masuk informasi pemerintah.

Sedangkan istrinya yang habis membeli sayur di depan rumah, berupaya membaca bungkusan koran yang masih dapat diselamatkan saat sebelum dibuang ke sampah. Headline di pesan berita bisnis, korporasi memperoleh insentif perpajakan, tarif PPh tubuh turun bertahap sepanjang 3 tahun. Istri Dirman tidak mengerti apa itu insentif penyusutan tarif PPh tubuh, begitu pula dengan tukang sayur yang menggelengkan kepalanya. Cuma terdapat perkata tarif hendak turun yang dimengerti istri Dirman, maksudnya korporasi raksasa hendak memperoleh keringanan pajak. Apa yang dibaca oleh istri Dirman ialah ketimpangan yang amat vulgar dari kebijakan stimulus ekonomi.

Jelang magrib, Dirman cuma dapat menangis, dilihat saldo di dompet digitalnya, jauh dari kata lumayan. Bergegas dia kembali ke rumah kontrakan, mengajak istri serta anaknya mudik lebih kilat dari ditaksir.

Hingga di kampung, dia tidak disambut ramah. Kaget, jalan- jalan masih banyak bertuliskan perkata yang provokatif‘ Ojo Muleh, Tidak Antemi Koe’ ataupun‘ Pendatang Harus Lapor, Ojo Ngeyel’. Pak Kepala Desa yang mengenali Dirman baru kembali dari Jakarta lekas menegaskan Dirman supaya mengisolasi diri sepanjang 14 hari di rumah. Untuk Dirman berdiam di rumah serta di Jakarta sama saja, nasibnya tidak kunjung membaik, paling tidak hingga pandemi Corona lalu.


Demikianlah Artikel Nasib Dirman di Tengah Wabah Corona

Sekianlah artikel Nasib Dirman di Tengah Wabah Corona kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Nasib Dirman di Tengah Wabah Corona dengan alamat link http://1001serbaneka.blogspot.com/2020/04/nasib-dirman-di-tengah-wabah-corona.html