When Lovers Became Haters

When Lovers Became Haters - Hallo sahabat Serbaneka , Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul When Lovers Became Haters , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel brand , Artikel coca-cola , Artikel emosi , Artikel gagal , Artikel inovasi , Artikel irrational , Artikel konsumen , Artikel strategi , Artikel sukses , Artikel validasi , yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : When Lovers Became Haters
link : When Lovers Became Haters

Baca juga


When Lovers Became Haters

Tahun 80an adalah mimpi buruk bagi Coca-Cola Company setelah melampaui perjalanan selama ratusan tahun pembangunan brand. Hanya karena panas terhadap persaingan dan kepercayaan diri yang berlebihan, Coca-Cola Company dengan gegabah mengganti brand-nya dengan New Coke yang ternyata membawa mimpi buruk bagi perusahaan minuman soda ternama ini. 

Sejak tahun 70an, Coca-Cola Company menghadapi persaingan ketat dengan Pepsi Company. Coca-Cola Company sangat terpukul dengan gerakan gebrakan provokatif Pepsi baik dalam iklan maupun blind test Pepsi Challenge yang diteruskan dengan program Pepsi Generation pada tahun 1980 sebagai upaya repositioning-nya. Menanggapi hal ini, setahun berikutnya Coca-Cola Company memutuskan untuk memperkenalkan New Coke untuk menggantikan brand cola orijinalnya. Coca-Cola Company melakukan uji rasa pada 200.000 orang dan mereka menyukainya (tanpa mengetahui merk baru New Coke), dibandingkan dengan Pepsi. Coca-Cola Company terlalu percaya diri dan me-replace brand cola orijinalnya begitu saja. Di luar prediksi, keputusan ini memicu “boikot” dari penduduk Amerika. Akibatnya, penjualan New Coke sangat rendah. 


MENGAPA?

Lepas dari kualitas rasa, kegagalan New Coke lebih dipicu oleh faktor emosional. Coca-Cola telah menjadi bagian hidup dari Amerika yang tidak mudah tergantikan. Dalam konferensi pers, Donald Keough (chief operating officer) mengatakan:

“The passion for original Coca-Cola – and that is the word for it, passion – was something that caught us by surprise. It is a wonderful America mystery, a lovely American enigma, and you cannot measure it any more than you can measure love, prode or patriotism.”

Coca-Cola Company menyadari bahwa value mereka adalah: orijinalitas. Strategi New Coke tidak sesuai dengan komitmen dan value awal yang diluncurkan di tahun 1880an yaitu sebagai “The New Pop Soda Fountain Drink, yang mengandung sifat-sifat mengagumkan tanaman Coca dan kacang Cola yang terkenal. Selain itu, perjalanan Coca-Cola telah mewarnai sejarah Amerika seperti keterlibatannya dalam perjalanan angkasa Amerika. Atau dalam bahasa Al Ries, Coca-Cola telah menjadi “agama” yang memiliki kekhusukan dan hubungan emosional kuat dengan masyarakat Amerika. Pada akhirnya, Coca-Cola Company sadar dan kembali me-relaunch produk orijinalnya. Apresiasi positifpun kembali berdatangan dari masyarakat Amerika. 


APA YANG DAPAT KITA PELAJARI DARI COCA-COLA?

Kasus ini telah banyak dibahas oleh pembicara dan buku-buku populer. Namun saya mencoba mengajak Anda untuk melihat dari perspektif yang berbeda. Jika kita amati, masalahnya cukup sederhana. Mereka menciptakan produk baru (untuk menggantikan produk lama) berdasarkan emosi, intuisi, dan interpretasi hasil ujicoba berdasarkan perspektif perusahaan. Mereka hanya menguji rasa, tanpa menguji brand. Mereka tidak menyadari emotional value yang terbangun dalam fanatisme masyarakat Amerika terhadap brand Coca-Cola sejak ratusan tahun silam. Mereka gagal mempertimbangkan customer value yang sebenarnya. Dengan kata lain, New Coke begitu saja memutus hubungan emosional cola original dengan masyarakat Amerika yang telah terbangun ratusan tahun. Tidak hanya Coca-Cola, brand-brand ternama lainnya juga tercatat pernah mengalami pengalaman buruk selama perjalanannya.

Pengalaman ini mengajarkan pentingnya menjaga hubungan emosional (bahkan spiritual) antara brand dengan konsumen, layaknya manusia dengan manusia atau tuhan dengan manusia. Jika tidak para pecinta (lover) brand Anda akan segera menjadi pembenci (hater) dan mimpi buruk Anda.

Bagikan pengalaman Anda di sini.


Demikianlah Artikel When Lovers Became Haters

Sekianlah artikel When Lovers Became Haters kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel When Lovers Became Haters dengan alamat link http://1001serbaneka.blogspot.com/2013/09/when-lovers-became-haters.html