Judul : Tak Sekali Terjadi Zohri
link : Tak Sekali Terjadi Zohri
Tak Sekali Terjadi Zohri
Tak Sekali Terjadi
Suatu masa dahulu ada olahragawan namanya Irfan Bachdim beserta segenap Tim Nasional Indonesia. Mereka bak pasukan Timur Lenk yang membabat lawan-lawannya. Sesaat mereka terlihat sedang di jalan menuju juara AFF. Maklum sudah belasan tahun Indonesia paceklik gelar.
Sontak Ia dan kawan-kawan menjadi pujaan baru. Publik yang selama ini pesimis pada persepakbolaan nasional tiba-tiba mendapatkan harapan baru. Darah juang Timnas membakar dada, nasionalisme meraya-raya. Bangsa ini serasa bersatu lagi dalam kepak sayap Garuda. Liputan media tak henti-henti mengejar mereka. Tak cukup mengejar kabar seputar persepakbolaan, kehidupan pribadi mereka turut dikulak-kulik. Menjelmalah mereka menjadi selebritis, diundang ke TalkShow lucu-lucuan, disuruh melakukan aksi joged-jogedan.
Para politikus juga tak mau ketinggalan. Timnas diajak ke kegiatan-kegiatan sosial dan politik mereka. Dibawa duduk bersama anak yatim dalam sorotan kamera, beristighatsah bersama kumpulan zikir, dan difoto saat bersalaman dengan pejabat. Pendek kata hari mereka habis untuk aktifitas non-sepak bola. Hasilnya? di garis finis mereka kalah. Bangsa yang mulai bersemangat inipun shock. "Tim terlalu disibukkan oleh kegiatan di luar latihan. Ulah perserikatan." Gerutu Oppa Riedl selepas keok.
Dan para atlet pun mulai mengisi layar kaca. Menjadi bintang iklan. Sekuat Macan !!
Di kali yang lain, seorang Briptu di Kepolisian Gorontalo tertangkap kamera HP saat berjoged lagu "Chaiya-chaiya". Viral-lah ia. Diundang ia di TV-TV. Dipuja sebagai polisi yang unik. Berjogedlah ia di layar kaca. Tiap hari namanya memenuhi pemberitaan. Mulai dari berita yang aga serius hingga ke infotainment pujaan ibu-ibu.
Norman Kamaru namanya. Gorontalo harum karenanya. Sampai-sampai ada senior yang berpidato di Gorontalo, "Selamat Datang di Bumi Norman Kamaru." Ya, Gorontalo menjadi miliknya. Dunia serasa direngkuhnya. Apalah arti profesi sebagai polisi sedangkan kini ia telah terbang melesat ke dunia hiburan. Rasanya amat melambung. Sejak dari Bandara ia diarak dengan kalungan bunga di leher. Pak Kapolri apalagi Pak Kapolda tenggelam dalam pesonanya. Lautan massa menyambutnya sepanjang jalan Bandara hingga Polda Gorontalo.
Lalu keluarlah ia dari Kepolisian. Hendak masuk ke dunia hiburan yang sedang menghamparkan karpet merah bertabur bunga.
Apa yang terjadi? Norman hilang. Hilang dari kepolisian, hilang pula dari dunia hiburan.
Dunia media ini membutuhkan mereke sebagai pengundang traffic, pengundang view. Setelah air bah lewat, mereka pun tak menarik lagi. Media yang tadi mengagung-agungkannya sekarang membiarkannya berjibaku bertungkus lumus mencari peruntungannya sendiri di kubangan yang entah dimana ujungnya. Mirip Ruknuddin Baybars Mamluk yang menginstall Al Mustansir II sebagai Khalifah Abbasiyah Kairo lalu menyuruhnya pergi ke Baghdad untuk mencari peruntungannya atas tahta yang sudah lenyap ditelan Holako Khan. Al Mustansir II akhirnya lenyap sendiri, tewas di kesendirian.
Kali ini ada Zohri.
Tiba-tiba ia viral. Diliput sana-sini. Para politisi dan buzzernya memanfaatkan suasana ini untuk menumpangkan agenda mereka.
Moga Zohri tak terlena. Tak ada yang memikirkan Zohri selain Zohri sendiri. Yang lain? Hanya soal irisan kepentingan yang kebetulan saat ini sedang menepati garis yang sama dengan Zohri. Bila kepentingan itu selesai, "Good Bye, Zohri."
Oleh itu Zohri, tetaplah berlatih, tetaplah berolah raga. Konsistenlah pada garis larimu. Berlarilah. Lupakan semut-semut itu yang sedang mengerubutimu saat engkau semanis gula. Jangan mau jadi sepah.
Demikianlah Artikel Tak Sekali Terjadi Zohri
Anda sekarang membaca artikel Tak Sekali Terjadi Zohri dengan alamat link http://1001serbaneka.blogspot.com/2018/07/tak-sekali-terjadi-zohri.html