Judul : The Fall of Goliath: Lean Lesson from David
link : The Fall of Goliath: Lean Lesson from David
The Fall of Goliath: Lean Lesson from David
"Di dalam kelemahan, Daud mampu menemukan Kekuatan. Di dalam keterbatasannya, ia menemukan Ketidakterbatasan."Kisah klasik Daud melawan Goliat memberi inspirasi terbaik bagi saya tentang definisi dan manfaat prinsip Lean. Sementara itu, persepsi umum mengatakan bahwa Daud menang karena disertai Tuhan, titik. Ya, itu ada benarnya. Namun setiap kesuksesan bukankah memerlukan keseimbangan antara iman dan perbuatan?
Kisah ini tidak sekadar mengajarkan tentang mengandalkan Tuhan. Kisah ini mengandung hikmat yang luar biasa tentang pemikiran, sikap, dan tindakan di dalam kesederhanaan dan keterbatasan yang justru membawa pada kesuksesan. Daud dengan sangat mudah merobohkan Goliat yang memiliki ukuran tubuh jauh lebih besar hanya dengan senjata sederhana. Apa rahasianya?
Saya mencatat 3 hal besar yang menjadi penyebab kemenangan Daud atau kekalahan Goliat yang menjadi inspirasi bagi pemikiran manajemen strategis:
1. Fokus
Gladwell memaparkan bukti historis bahwa Goliat mengalami kelainan gen Akromegali, satu kelainan yang membuat sel terus berkembang dan tubuh terus tumbuh menjadi sangat besar. Akibatnya, mata menjadi rabun. Di medan tempur, dikisahkan Goliat membawa seorang ajudan penunjuk arah. Selain itu, Goliat sempat beseru kepada Daud, "Kau pikir aku anjing sehingga kau membawa tongkat-tongkat?" Padahal Daud hanya membawa satu tongkat pada saat itu. Ya, inilah efek dari kelainan itu.
Ketidakfokusan Goliat menjadi peluang baik bagi Daud untuk mengalahkannya dengan mudah. Di samping itu, Daud telah terbiasa bekerja menggembalakan kambing domba ayahnya dari serangan beruang dan singa dengan mengandalkan lemparan batu (karena memang Daud tidak pernah punya kesempatan untuk menjadi prajurit seperti kakak-kakaknya). "Pelatihan" ini justru menjadikan Daud memiliki fokus yang sangat tajam pada setiap obyek serangannya. Bayangkan saja, betapa mudahnya ia melempar batu pada dahi Goliat setelah ia terbiasa melempar batu untuk mengusir singa.
Dalam implikasi bisnis, tantangan untuk tetap fokus pada strategi bukanlah hal yang mudah. Seringkali godaan konflik kepentingan dan politis merabunkan performa perusahaan secara keseluruhan. Hal ini mudah terjadi peda perusahaan besar yang tidak memiliki sistem kendali yang memadai. Di sana muncul kelompok-kelompok yang saling bertentangan dan bermusuhan. Namun satu yang pasti, ketika kita kehilangan fokus, maka saat ituah kita memberi peluang lawan untuk menang. Dengan menjaga efisiensi, pemberdayaan optimal, dan pengendalian yang tepat pada aspek SDM, maka pencapaian dan penyelarasan fokus bersama akan lebih mudah dicapai.
2. Strategi
Pada saat itu, Goliat datang ke medan tempur dengan baju besi yang sangat berat. Ia juga membawa tameng dan pedang besar untuk melindungi diri sekaligus menyerang lawan. Dikisahkan tidak ada prajurit raja Saul yang berani menghadapinya hingga tiba-tiba, bocah bernama Daud datang kepada Saul dan meminta restu untuk melawan Goliat.
Saya yakin bahwa Daud sudah memiliki perhitungan yang matang untuk menghadapi Goliat. Ia sudah berpengalaman menghadapi binatang buas yang memiliki kecepatan dan kekuatan fisik melebihi manusia. Saat ini, ia akan menghadapi Goliat yang berat, bergerak lambat, dan rabun. Daud memilih untuk tidak menggunakan atribut perang apapun. Ia menolak jubah besi atau senjata berat, Ia hanya mengandalkan umban dan batu yang dilesatkan tepat di dahi Goliat, dan ... seketika roboh! Mengapa?
Daud ingin menjaga kecepatan manuvernya. Ia juga ingin memastikan tangannya mudah untuk melempar batu. Bayangkan saja jika Daud juga memakai baju besi dan pedang berat. Ia hanya akan jadi mainan si Goliat. Daud menggunakan strategi yang tidak diprediksi Goliat. Ia menggunakan kecepatan untuk melawan kelambatan, ia menggunakan ketepatan untuk melawan ketidakfokusan, ia menggunakan senjata yang tidak umum untuk militer. Dalam hal ini, Goliat terlalu meremehkan lawan. Ia menggunakan strategi biasa untuk menghadapi lawan luar biasa.
Demikian pula lanskap bisnis masa kini yang jauh berbeda dengan masa lampau. Menghadapi lanskap masa kini membutuhkan strategi yang berbeda. Bahkan menghadapi lawan yang berbeda, diperlukan strategi yang berbeda. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi, jika kita mengandalkan strategi itu-itu saja untuk menghadapi kondisi yang berbeda atau bahkan mengandalkan strategi pemikiran tahun 90an untuk menghadapi medan bisnis tahun 2014.
3. Penilaian dan Pengukuran
Jika dipikir dengan logika, ukuran Daud jauh lebih kecil dibanding Goliat. Demikian pula dengan kondisi kekuatan fisik Daud yang juga dibawah Goliat. Namun dalam kasus ini, size doesn't matter. Goliat begitu meremehkan Daud. Ia sangat yakin akan menang. Namun kenyataannya tidak demikian.
Implikasi ini sangat relevan dengan praktik illusion of control. Sebuah kondisi dimana perusahaan salah di dalam menggunakan alat pengukuran/ penilaian. Sebagai contoh, apakah omset yang sangat besar menunjukkan kinerja perusahaan baik? Belum tentu! Akan menjadi bencana jika dibalik penjualan besar perusahaan masih menanggung risiko piutang tidak tertagih yang besar. Untuk itu, sistem pengukuran perlu dirancang dengan matang dalam skema performance engine dan business analytic yang tepat. Jika tidak, kita akan seperti Goliat, terjebak pada satu sisi pengukuran saja.
Filosofi Lean mengajarkan pada kita untuk tetap menjaga efisiensi, small is great. Bagi saya, Daud adalah salah satu ikon Lean yang hebat. Dengan keterbatasannya, ia menemukan kekuatannya. Ia mampu memikirkan strategi kreatif yang bahkan tidak dipikirkan oleh lawannya. Dan ia juga menyadari bahwa ukuran fisik bukan satu-satunya penentu kesuksesan.
Semoga bermanfaat!
Saya mencatat 3 hal besar yang menjadi penyebab kemenangan Daud atau kekalahan Goliat yang menjadi inspirasi bagi pemikiran manajemen strategis:
1. Fokus
Gladwell memaparkan bukti historis bahwa Goliat mengalami kelainan gen Akromegali, satu kelainan yang membuat sel terus berkembang dan tubuh terus tumbuh menjadi sangat besar. Akibatnya, mata menjadi rabun. Di medan tempur, dikisahkan Goliat membawa seorang ajudan penunjuk arah. Selain itu, Goliat sempat beseru kepada Daud, "Kau pikir aku anjing sehingga kau membawa tongkat-tongkat?" Padahal Daud hanya membawa satu tongkat pada saat itu. Ya, inilah efek dari kelainan itu.
Ketidakfokusan Goliat menjadi peluang baik bagi Daud untuk mengalahkannya dengan mudah. Di samping itu, Daud telah terbiasa bekerja menggembalakan kambing domba ayahnya dari serangan beruang dan singa dengan mengandalkan lemparan batu (karena memang Daud tidak pernah punya kesempatan untuk menjadi prajurit seperti kakak-kakaknya). "Pelatihan" ini justru menjadikan Daud memiliki fokus yang sangat tajam pada setiap obyek serangannya. Bayangkan saja, betapa mudahnya ia melempar batu pada dahi Goliat setelah ia terbiasa melempar batu untuk mengusir singa.
Dalam implikasi bisnis, tantangan untuk tetap fokus pada strategi bukanlah hal yang mudah. Seringkali godaan konflik kepentingan dan politis merabunkan performa perusahaan secara keseluruhan. Hal ini mudah terjadi peda perusahaan besar yang tidak memiliki sistem kendali yang memadai. Di sana muncul kelompok-kelompok yang saling bertentangan dan bermusuhan. Namun satu yang pasti, ketika kita kehilangan fokus, maka saat ituah kita memberi peluang lawan untuk menang. Dengan menjaga efisiensi, pemberdayaan optimal, dan pengendalian yang tepat pada aspek SDM, maka pencapaian dan penyelarasan fokus bersama akan lebih mudah dicapai.
2. Strategi
Pada saat itu, Goliat datang ke medan tempur dengan baju besi yang sangat berat. Ia juga membawa tameng dan pedang besar untuk melindungi diri sekaligus menyerang lawan. Dikisahkan tidak ada prajurit raja Saul yang berani menghadapinya hingga tiba-tiba, bocah bernama Daud datang kepada Saul dan meminta restu untuk melawan Goliat.
Saya yakin bahwa Daud sudah memiliki perhitungan yang matang untuk menghadapi Goliat. Ia sudah berpengalaman menghadapi binatang buas yang memiliki kecepatan dan kekuatan fisik melebihi manusia. Saat ini, ia akan menghadapi Goliat yang berat, bergerak lambat, dan rabun. Daud memilih untuk tidak menggunakan atribut perang apapun. Ia menolak jubah besi atau senjata berat, Ia hanya mengandalkan umban dan batu yang dilesatkan tepat di dahi Goliat, dan ... seketika roboh! Mengapa?
Daud ingin menjaga kecepatan manuvernya. Ia juga ingin memastikan tangannya mudah untuk melempar batu. Bayangkan saja jika Daud juga memakai baju besi dan pedang berat. Ia hanya akan jadi mainan si Goliat. Daud menggunakan strategi yang tidak diprediksi Goliat. Ia menggunakan kecepatan untuk melawan kelambatan, ia menggunakan ketepatan untuk melawan ketidakfokusan, ia menggunakan senjata yang tidak umum untuk militer. Dalam hal ini, Goliat terlalu meremehkan lawan. Ia menggunakan strategi biasa untuk menghadapi lawan luar biasa.
Demikian pula lanskap bisnis masa kini yang jauh berbeda dengan masa lampau. Menghadapi lanskap masa kini membutuhkan strategi yang berbeda. Bahkan menghadapi lawan yang berbeda, diperlukan strategi yang berbeda. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi, jika kita mengandalkan strategi itu-itu saja untuk menghadapi kondisi yang berbeda atau bahkan mengandalkan strategi pemikiran tahun 90an untuk menghadapi medan bisnis tahun 2014.
3. Penilaian dan Pengukuran
Jika dipikir dengan logika, ukuran Daud jauh lebih kecil dibanding Goliat. Demikian pula dengan kondisi kekuatan fisik Daud yang juga dibawah Goliat. Namun dalam kasus ini, size doesn't matter. Goliat begitu meremehkan Daud. Ia sangat yakin akan menang. Namun kenyataannya tidak demikian.
Implikasi ini sangat relevan dengan praktik illusion of control. Sebuah kondisi dimana perusahaan salah di dalam menggunakan alat pengukuran/ penilaian. Sebagai contoh, apakah omset yang sangat besar menunjukkan kinerja perusahaan baik? Belum tentu! Akan menjadi bencana jika dibalik penjualan besar perusahaan masih menanggung risiko piutang tidak tertagih yang besar. Untuk itu, sistem pengukuran perlu dirancang dengan matang dalam skema performance engine dan business analytic yang tepat. Jika tidak, kita akan seperti Goliat, terjebak pada satu sisi pengukuran saja.
Filosofi Lean mengajarkan pada kita untuk tetap menjaga efisiensi, small is great. Bagi saya, Daud adalah salah satu ikon Lean yang hebat. Dengan keterbatasannya, ia menemukan kekuatannya. Ia mampu memikirkan strategi kreatif yang bahkan tidak dipikirkan oleh lawannya. Dan ia juga menyadari bahwa ukuran fisik bukan satu-satunya penentu kesuksesan.
Semoga bermanfaat!
Demikianlah Artikel The Fall of Goliath: Lean Lesson from David
Sekianlah artikel
The Fall of Goliath: Lean Lesson from David
kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel The Fall of Goliath: Lean Lesson from David dengan alamat link http://1001serbaneka.blogspot.com/2014/03/the-fall-of-goliath-lean-lesson-from.html