Sumpah Pemuda 2.0, Transferabilitas Spirit di Era Industri Kreatif

Sumpah Pemuda 2.0, Transferabilitas Spirit di Era Industri Kreatif - Hallo sahabat Serbaneka , Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Sumpah Pemuda 2.0, Transferabilitas Spirit di Era Industri Kreatif , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Industri , Artikel inodnesia , Artikel kreatif , Artikel strategi , Artikel sumpah pemuda , yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Sumpah Pemuda 2.0, Transferabilitas Spirit di Era Industri Kreatif
link : Sumpah Pemuda 2.0, Transferabilitas Spirit di Era Industri Kreatif

Baca juga


Sumpah Pemuda 2.0, Transferabilitas Spirit di Era Industri Kreatif

Memora Sumpah Pemuda 28/10/28 meninggalkan jejak ritual yang kerap kali diperingati dengan upacara, dianggap formalitas, dan diharapkan lekas usai. Seakan bangsa ini telah melunturkan semangat sebenarnya Sumpah Pemuda. Bahkan sindiran dan guyonan bertema Sumpah Pemuda hari ini banyak berlalu lalang di BBM, WA, dan Facebook. Inikah cara kita menghargai sejarah?

Saya ingin mengajak seluruh pemuda/di bangsa untuk berempati dan mengalami kembali prosesi heroik Sumpah Pemuda 1928. Tidak mudah hidup di zaman bangsa yang tercerai-berai seolah semua ingin menjadi penting dan berjuang sendiri-sendiri. Bagi sebagian besar anak, menghadapi keluarga yang tercerai-berai saja bagaikan neraka dunia, apalagi bagi ibu pertiwi yang melihat buah hatinya tidak bersatu dan saling menumpahkan darah. Pada masa itu, bukan kaum elit politik birokrat, atau pemuka suku atau agama yang tergerak hatinya akan hakikat persatuan. Justru inisiatif pemuda dari berbagai daerah yang akhirnya mampu menggerakkan persatuan bangsa. Sebuah kebesaran hati untuk melepaskan atribut daerah, suku, budaya demi satu tekad dan nama, Indonesia. Proses moral demikian bukan hal yang mudah. Hanya dengan sinkronisasi visi yang baik saja sebuah persatuan akan menjadi berarti.

Kekhawatiran saya atas terkikisnya mental Sumpah Pemuda di zaman modern membawa proses perenungan saya terhenti pada keprihatinan atas penjajahan dan eksploitasi kreativitas pemuda bangsa. Opini ini mungkin dapat menjadi jawaban mengapa industri kreatif Indonesia, khususnya industri intellectual property (ip) tidak bisa berkembang layaknya seorang anak normal yang belajar merangkak, berdiri, berjalan dan berlari. Di sisi lain, kreativitas dan kehebatan anak Indonesia tidak perlu diragukan. Mereka tergabung dalam film-film box office kelas dunia, mereka mengerjakan proyek-proyek game dunia. Saat saya menulis opini ini, saya berada di Gyeonggi Korea. Dan kebetulan siang ini berdiskusi cukup panjang tentang kualitas ip Korea dengan pihak GTEC hingga saya sampai pada satu kesimpulan, potensi pelaku kreatif Indonesia dalam beberapa hal sudah lebih baik dari mereka. Lalu mengapa tidak satupun ip Indonesia menjadi komoditas bisnis yang menggiurkan dan kebanggan bangsa dimata internasional? Seperti Tsuburaya atau Rovio yang setiap tahun mengantongi revenue sekitar 2 trilyun rupiah hanya dari merchandising/consumer goods saja?


Jawabannya sederhana sekali, karena pelaku kreatif Indonesia tercerai-berai. Mereka, para oknum, berjuang membangun ip sendiri-sendiri bahkan merasa saling bersaing satu sama lain. Pergerakan mereka berskala kecil dan penuh keterbatasan. Mereka, para oknum, masih kenta dengan ego dan atribut kelompoknya. Yang lainnya lebih nyaman memainkan resource negara dan menjadi "antek-antek Belanda". Mungkin Anda pembaca bijak sudah mulai menemukan benang merah, sebuah dejavu dari tahun 1928.

Hanya melalui persatuan industri kreatif Indonesia akan bangkit. Hanya dengan kebesaran hati dan sinkronisasi visi, industri ip kita akan menjadi besar dan membanggakan. Semangat persatuan ini tidak hanya akan menggoncang Semeru, namun negara penguasapun akan gentar. Tanpa sadar kita dibentuk sebagai negara konsumen dan pekerja (labor). Kita hampir tidak punya waktu untuk menjadi pencipta (creator). Sekali lagi, dengan memaknai dan mengaplikasikan kembali semangat Sumpah Pemuda 1928, kita mampu menciptakan ip ip hebat di masa mendatang. Tidak perlu 17 tahun lagi untuk merdeka, leveraging untuk mencari kemerdekaan industri kreatif Indonesia dapat dicapai lebih cepat. Gerakan pemerintah dan swasta sudah nyata terlihat, hanya diperlukan sebuah grand strategy yang tepat dalam spirit yang saya sebut SUMPAH PEMUDA 2.0.


3 Level SP 2.0

Saya mencoba mengurai 3 level implikasi SP 2.0, yaitu:
  1. Persatuan dalam satu atap perusahaan. Ini adalah proses penyatuan yang paling sulit dan penuh tantangan moral dan mental. Tidak mudah melepas atribut perusahaan dan bergabung dengan perusahaan lain yang memang lebih berprospek. Tidak mudah membiarkan nama perusahaan hilang dan digantikan dengan nama baru yang bukan pilihan kita. Namun bagaimanapun juga, inilah kegalauan para pemuda dari berbagai daerah hingga mereka berbesar hati menerima satu nama, Indonesia.
  2. Persatuan dalam satu industri. Proses ini lebih mudah karena kita tidak harus bergabung atau meleburkan perusahaan kita. Kita cukup berstrategi bersama, beraliansi, dan berkomitmen untuk membesarkan satu atau beberapa ip yang tervalidasi siap menjadi produk andalan dan dicintai pasar, bukan kecintaan kretornya semata. Perusahaan animasi, game, komik, merchandising, dan sebagainya bersatu hati untuk bersinerji dan menjadi besar bersama.
  3. Jika kedua implikasi persatuan di atas masih sulit dan tidak memungkinkan, setidaknya bersatulah dalam tekad saling mendukung dan membesarkan sesama ip Indonesia. Mulai dengan niat baik dan ketulusan mempromosikan ip-ip Indonesia, membiasakan saling mengapresiasi dan berbagi pengalaman, dan menciptakan komunitas insan kreatif yang positif dan bermakna.

Semoga perenungan sederhana ini dapat menjadi manfaat bagi kita semua,

salam SUMPAH PEMUDA 2.0


Demikianlah Artikel Sumpah Pemuda 2.0, Transferabilitas Spirit di Era Industri Kreatif

Sekianlah artikel Sumpah Pemuda 2.0, Transferabilitas Spirit di Era Industri Kreatif kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Sumpah Pemuda 2.0, Transferabilitas Spirit di Era Industri Kreatif dengan alamat link http://1001serbaneka.blogspot.com/2013/11/sumpah-pemuda-20-transferabilitas.html